88 Kelas XII SMASMK Semester 1 e Apa penyebab terjadinya bentrokan antarsuku dan antarpeng- anut agama di Indonesia ? 3. Keanekaragaman dan Kesatuan Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani a. Ajaran Kitab Suci 1 Menyimak teks Kitab Suci Simaklah teks-teks Kitab Suci berikut ini. Kejadian 35 1-15 1 Allah berirman kepada Yakub “Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.” 2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia “Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. 3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh.” 4 Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting- anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem. 5 Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. 6 Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan - yaitu Betel -, ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. 7 Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya. 8 Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati, dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang Pohon Besar Penangisan. 9 Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia. 10 Firman Allah kepadanya “Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu.” Maka Allah menamai dia Israel. 11 Lagi irman Allah kepadanya “Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa- Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 89 bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. 12 Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu.” 13 Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berirman kepadanya. 14 Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya. 15 Yakub menamai tempat di mana Allah telah berirman kepadanya “Betel”. Yohanes 41- 42 1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes. 2 meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, 3 Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. 4 Ia harus melintasi daerah Samaria. 5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya “Berilah Aku minum.” 8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada- Nya “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria 10 Jawab Yesus kepadanya “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu Berilah Aku minum niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” 11 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” 13 Jawab Yesus kepadanya “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” 15 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, berikanlah aku air itu, 90 Kelas XII SMASMK Semester 1 supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” 16 Kata Yesus kepadanya “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” 17 Kata perempuan itu “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” 19 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” 21 Kata Yesus kepadanya “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” 26 Kata Yesus kepadanya “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata “Apa yang Engkau kehendaki? Atau Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ “Mari, lihat Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” 30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid- Nya mengajak Dia, katanya “Rabi, makanlah.” 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” 33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada- Nya untuk dimakan?” 34 Kata Yesus kepada mereka “Makanan- Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 91 menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama- sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” 39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia. 2 Pendalaman a Cobalah rumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks Kitab Suci yang telah kamu baca. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian diformulasikan untuk didiskusikan bersama. b Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1 Apa pesan Kejadian 351-15 dalam kaitan dengan semangat persatuan, kebersamaan? 2 Apa pesan Yohanes 41- 42? 3 Bagaimana sikap Yesus waktu Ia hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya? Apakah Ia pernah mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri atas suku-suku? 4 Apa kaitan pesan Kitab Suci dengan sikap kita sebagai umat Kristiani tentang kebhinekatunggalikaan di negeri kita Indonesia? 92 Kelas XII SMASMK Semester 1 b. Ajaran Gereja 1 Menelusuri ajaran Gereja Selain dokumen ajaran Gereja yang telah dicantumkan dibawah ini, cobalah terlebih dahulu secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok, mencari ajaran-ajaran Gereja Katolik yang menjelaskan tentang pentingnya membangun persatuan, kebersamaan dalam keberagaman hidup manusia. 2 Menyimak Ajaran Gereja Simaklah ajaran Gereja berikut ini. “Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” 1Yoh 48. Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak- hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” 1Ptr 212, dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang [13] , sehingga mereka sungguh- sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” Kis 1726. Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 93 Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” Rom 139-10; lih. 1Yoh 420. Semakin jelas, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu. Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” Yoh 1721-22, dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akal budi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikan dirinya” 3 Pendalaman a Rumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks ajaran Gereja yang telah dibaca untuk didisksusikan bersama teman- temanmu. b Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1 Apa pesan ajaran Gereja dalam Nostra Aetate NA artikel 5 diatas? 2 Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes GS artikel 24 diatas? 3 Bagaimana sikap umat kristiani yang diharapkan? 4. Menghayati keberagaman dan Persatuan
PertanyaanTentang Manusia Dan Peradaban. DOC) Soal dan Penyelesaian BAB IV dan V (ISBD) | Bintang Y W - Academia.edu. buat lah 5 pertanyaan ilmu sosial budaya dasar tentang manusia dan peradaban - Brainly.co.id. Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam.
Indonesia memiliki beragam suku, budaya, dan kepercayaan. Ada 6 agama di Indonesia yang perlu kamu ketahui. Yuk, simak penjelasan tentang sejarah, kitab suci, hari besar, dan tempat ibadahnya. — Ada enam agama yang diakui oleh pemerintah di Indonesia, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keenam agama ini diatur dalam TAP MPR Nomor 1 Tahun 1965 dan UU Nomor 5 Tahun 1969. Saat ini, Islam menjadi agama mayoritas penduduk di Indonesia dengan jumlah penganutnya sekitar 87,2 persen. Sementara itu, agama Kristen memiliki pengikut sekitar 6,9 persen, Katolik sekitar 2,9 persen, Hindu sekitar 1,7 persen, Budha sekitar 0,7 persen, dan Konghucu sekitar 0,05 persen. Tahukah kamu arti “Bhinneka Tunggal Ika” yang jadi semboyan bangsa kita? Betul sekali, arti semboyan tersebut adalah berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Tentu kamu juga setuju bahwa “Bhinneka Tunggal Ika” sangat merepresentasikan keadaan Indonesia. Bahkan, frasa tersebut juga tertulis di pita yang digenggam burung Garuda Pancasila, lambang negara kita. Tetapi, mengapa ada semboyan tersebut? Yuk, baca ulasan ini! Bhinneka Tunggal Ika mewakili keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam kebudayaan dan perbedaan, salah satunya sistem kepercayaan dan agama. Memangnya, ada berapa sih agama yang dianut di Indonesia? Lalu, mengapa kok bisa ada beragam agama di Indonesia? Dengan adanya banyak agama ini, pemerintah pun memberikan hak kepada warga negaranya untuk memilih sendiri agama yang ingin dianut secara merdeka. Lebih lanjut, kemerdekaan memilih agama dan sistem kepercayaan ini diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 28 ayat 1 dan 2. Adanya aturan ini memberikan makna bahwa setiap manusia bebas memilih dan melaksanakan ajaran agama menurut keyakinan dan kepercayaannya. Dengan kata lain, tidak boleh ada unsur pemaksaan dalam memilih agama yang diinginkan. Baca Juga Karakteristik Negara Maju dan Berkembang Macam-Macam Agama di Indonesia Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ya, ada 6 agama di Indonesia yang diakui oleh pemerintah. Yuk, simak penjelasan lengkapnya satu per satu. 1. Islam Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 atau 8 melalui para pedagang dari Arab dan Persia. Islam terus berkembang hingga kini menjadi kepercayaan yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Kitab suci Al-Quran Nama Nabi Nabi Muhammad SAW Hari Besar Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Isra’ Mi’raj Tempat Ibadah Masjid 2. Katolik Agama Katolik pertama kali muncul di kepulauan Maluku. Agama ini dibawa oleh bangsa Portugis ke Indonesia, yang saat itu datang untuk mencari rempah-rempah. Rakyat Maluku pun menjadi penganut pertama dari agama Katolik di Indonesia. Kitab Suci Alkitab Nama Pembawa Yesus Kristus Hari Besar Natal, Jumat Agung, Kenaikan Isa Almasih, Paskah Tempat Ibadah Gereja 3. Kristen Protestan Agama Kristen Protestan muncul pertama kali di Belanda pada abad ke-16 yang dipengaruhi oleh ajaran Calvinisme dan Lutheran. Kristen Protestan pun masuk ke Indonesia bersama para penjajah dalam misi Gospel. Kitab Suci Alkitab Nama Pembawa Yesus Kristus Hari Besar Natal, Jumat Agung, Kenaikan Isa Almasih, Paskah Tempat Ibadah Gereja 4. Hindu Hindu pertama masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Bangsa Cina dan India membawa agama Hindu diperkirakan pada awal abad keempat, ditandai dengan berdirinya kerajaan Kutai dan Tarumanegara. Hindu menjadi salah satu agama tertua di Indonesia. Kitab Suci Weda Nama Pembawa – Hari Besar Nyepi, Saraswati, Pagerwesi Tempat Ibadah Pura 5. Budha Sama seperti Hindu, Budha pun agama tertua di Indonesia. Agama Budha masuk pada abad kelima masehi, terlihat dari peninggalan prasasti yang ditemukan. Diperkirakan, Budha dibawa oleh pengelana Fa Hsien yang berasal dari China. Agama ini pun berkembang dengan banyaknya kerajaan Budha, seperti Sriwijaya. Bahkan, Sriwijaya menjadi pusat pengembangan agama Budha di Asia Tenggara hingga tahun 1377. Kitab Suci Tripitaka Nama Pembawa Sidharta Gautama Hari Besar Waisak, Asadha, Kathina Tempat Ibadah Vihara 6. Konghucu Agama Konghucu berasal dari ajaran Konfusius atau Konfusianisme. Agama ini pertama kali muncul di Indonesia pada abad ke-17. Salah satu buktinya adalah terdapat bangunan tua di Pontianak yang digunakan sebagai tempat pemujaan bagi para penganut agama Konghucu. Kitab Suci Si Shu dan Wu Ching Nama Pembawa Kong Hu Cu Hari Besar Imlek, Cap Go Meh Tempat Ibadah Li Tang/ Klenteng Mengapa Ada Beragam Agama di Indonesia? Pernahkah kamu berpikir mengapa Indonesia memiliki banyak sistem kepercayaan dan agama? Apa yang menyebabkan ada enam agama yang ada di Indonesia? Mengapa tidak hanya satu agama saja yang boleh dianut di Indonesia? Ternyata, semua itu ada jawabannya, lho, teman-teman! Berikut penjelasan penyebab keberagam agama di Indonesia. Secara geografis, Indonesia memiliki letak yang sangat strategis. Bangsa kita terletak di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Selain itu, ada dua benua yang mengapit Indonesia, antara lain Benua Asia dan Benua Australia. Posisi ini menjadikan Indonesia di jalur perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang dari bangsa lain datang ke Indonesia. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran agama di Indonesia. Baca Juga Letak Geografis dan Astronomis Indonesia serta Pengaruhnya Selain itu, sejarah mencatat Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Eropa. Dengan kekayaan alam yang dimiliki, bangsa Eropa datang ke Indonesia mencari rempah-rempah. Namun ternyata, mereka tak semerta-merta mengambil kekayaan Indonesia, melainkan memiliki misi sendiri dengan sebutan 3G Gold, Glory, dan Gospel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Gospel berarti nyanyian atau lagu gerejawi. Misi Gospel para penjajah adalah untuk menyebarkan agama. Namun, kunci penting banyaknya agama ini ternyata ada di sifat terbuka bangsa Indonesia. Menurut artikel yang dipublikasikan Okezone dengan judul “Inilah Faktor Penyebab Keragaman Agama di Indonesia”, bangsa Indonesia memiliki sikap terbuka terhadap hal-hal baru. Tanpa sikap keterbukaan ini, akan sulit menghadirkan keberagaman agama di Indonesia. Penyebaran agama dan penerimaan terhadap keberagaman agama pun mustahil bisa dilakukan. — Sekarang kamu sudah paham kan beragam agama di Indonesia? Yuk, kita hormati orang-orang di sekitar kita yang memiliki agama berbeda dengan sikap toleransi. Dengan sikap toleransi ini, maka keindahan akan tercipta. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” pun semakin kuat pada bangsa Indonesia. Selain agama, Indonesia juga memiliki keanekaragaman lain lho, teman-teman! Yuk, baca keberagaman Indonesia di ruangbelajar tumbuhkan rasa toleransi dan menghargai atas perbedaan! Referensi Inilah Faktor Penyebab Keanekaragaman Agama di Indonesia [daring]. Tautan Inilah Faktor Penyebab Keragaman Agama di Indonesia Okezone Edukasi diakses pada 16 Februari 2022 6 Agama di Indonesia serta Kitab Suci dan Hari Besarnya [daring]. Tautan 6 Agama Di Indonesia Serta Kitab Suci Dan Hari Besarnya – Gramedia Literasi diakses pada 16 Februari 2022 Arti Gold, Glory, Gospel 3G Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan [daring]. Tautan Arti Gold, Glory, Gospel 3G Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan diakses pada 16 Februari 2022 Bagaimana Tionghoa dan Khonghucu di Mata Indonesia? [daring]. Tautan Bagaimana Tionghoa dan Khonghucu di Mata Indonesia? diakses 16 Februari 2022 Masuknya Kristen di Indonesia [daring] Tautan Masuknya Kristen di Indonesia – Historia diakses pada 16 Februari 2022 Sumber foto 6 Agama Di Indonesia Serta Kitab Suci Dan Hari Besarnya – Gramedia Literasi
Medan(1/5) -- Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai keragaman antara lain suku, ras, bahasa dan juga agama. Keberagaman ini merupakan asset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan rawat bersama. Keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Paus Yohanes Paulus II menuliskan dalam Centesimus Annus, “…pokok pembahasan dan, dalam arti tertentu, prinsip pemandu ensiklik Paus Leo dan seluruh ajaran sosial Gereja adalah pandangan tentang pribadi manusia dan nilai unik pribadi….” CA art. 11. Lebih jauh, paus mengatakan, “Satu-satunya tujuan Gereja adalah memelihara dan bertanggung jawab atas pribadi manusia yang telah dipercayakan Kristus kepadanya…. Kita tidak berhadapan dengan kemanusiaan yang abstrak’, melainkan dengan pribadi nyata, konkret’, historis’. Kita berhadapan dengan setiap individu, karena setiap orang adalah bagian dari misteri Penebusan, dan melalui misteri ini Kristus menyatukan diriNya dengan setiap orang selamanya. Karena itu, Gereja tidak dapat mengabaikan kemanusiaan, dan bahwa pribadi manusia ini adalah langkah utama yang harus ditapaki Gereja dalam melaksanakan misinya…langkah yang telah dijejaki oleh Kristus sendiri, satu-satunya jalan menuju misteri Inkarnasi dan Penebusan.’ Inilah satu-satunya prinsip yang menginspirasi ajaran sosial Gereja.” CA art. 53. Kutipan panjang di atas menunjukkan tanggung jawab dan sekaligus sasaran misi Gereja, yaitu manusia. Dasarnya adalah misi keselamatan Kristus di dunia, yang ditujukan kepada seluruh manusia. Manusia menjadi target utama dan satu-satunya misi Kristus. Gereja, sebagai kelanjutan misi penebusan Kristus, sepenuhnya sadar akan hal ini. Melaksanakan misi keselamatan Kristus tidak lain berarti bekerja bagi manusia. Fokus utama ajaran sosial Gereja adalah pribadi manusia yang konkret dan historis. Artinya, manusia dengan segala aspek dan dinamika kehidupannya. Centesimus Annus menjelaskannya dengan “pribadi manusia sebagaimana ia terlibat dalam jaringan kompleks relasi dalam dunia modern” CA art. 54. Kepada manusia ini Gereja bukan hanya mewartakan keselamatan dan penebusan Kristus, tetapi juga memberikan tawaran bagaimana ia harus menjalani kehidupan dalam relasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Tidak mengherankan bila gagasan tentang manusia memiliki peranan dan posisi sentral dalam keseluruhan ajaran sosial Gereja. Pendasaran ajaran sosial Gereja pada manusia didasari oleh martabat yang erat melekat pada pribadi manusia. Gagasan tentang martabat manusia bersumber pada keyakinan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan kesamaan dengan Allah bdk. Kej 127. Dengan menjadi citra Allah, manusia bukan sekedar ciptaan seperti ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Ia menjadi pusat dan puncak ciptaan Allah. Kitab Kejadian bahkan menggambarkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai tuan atas segala ciptaan lain. Pribadi manusia merupakan cerminan paling gamblang dari Allah yang hadir di tengah-tengah kita. Karena itu, hidup manusia dipandang suci dan martabat pribadi manusia adalah starting point bagi visi moral sebuah masyarakat. Fakta bahwa setiap orang adalah citra Allah memiliki beberapa konsekuensi penting. Pertama, setiap orang memiliki martabat yang sama, yang mengalir dari kecitraannya dengan Allah. Martabat manusia sama sekali bukanlah hasil kerja, usaha, dan prestasinya sendiri. Martabat itu semata-mata merupakan anugerah Allah. Maka, selama ia adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dan karenanya secitra dengan Allah, ia punya martabat, derajat, dan hak yang sama dengan manusia lain bdk. Compendium art. 111. Segala perbedaan manusia karena warna kulit, bahasa, agama, kelompok, pangkat, posisi, identitas, dan sebagainya runtuh dan tidak bisa menjadi kriteria utama dalam menentukan bagaimana harus bersikap terhadap orang lain. Konsekuensi kedua, karena secitra dengan Allah, maka pribadi manusia jauh lebih penting daripada benda dan ciptaan lain bdk. Compendium art. 133. Karena itu, manusia tidak pernah bisa dan tidak boleh diperlakukan sebagai sarana atau alat. Justru karena sederajat dalam martabat dan hak, tidak ada manusia yang berhak memperalat manusia lain. Setiap tindakan memperalat manusia demi kepentingan manusia lain otomatis berarti merendahkan martabat manusia. Namun, tidak hanya berhenti di situ. Karena manusia adalah citra Allah dan ciptaanNya yang paling sempurna, tindakan tersebut juga bermakna merendahkan Allah sendiri. Secara positif, hal itu dapat dirumuskan sebagai “manusia adalah tujuan”. Konsekuensi berikutnya adalah manusia memiliki dimensi sosial. Manusia tidak diciptakan seorang diri. Karena itu, pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang secara erat tergantung kepada orang lain. “Rukun hidup manusia merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya.” GS art. 12. Dimensi sosial manusia bukanlah faktor tambahan. Dimensi tersebut melekat erat dalam dirinya. Bahkan dokumen konsili di atas menyebutnya sebagai bagian dari “kodrat yang terdalam manusia”. Hal ini menggarisbawahi sifat ketergantungan manusia terhadap sesamanya. Ketergantungan ini bukan hanya menyangkut soal hidup. Bahkan kemampuan manusia untuk maju dan berkembang tergantung pada orang lain bdk. GS art. 25. Agar berkembang secara layak, manusia memiliki kecenderungan alami akan ikatan sosial seperti masyarakat, negara, maupun ikatan sosial privat seperti serikat buruh, dsb. Dimensi sosial ini secara teguh melandasi paham ajaran sosial Gereja tentang kesejahteraan umum dan solidaritas. Seluruh pandangan, ajaran, dan sikap Gereja tentang manusia dan kehidupan didasari oleh prinsip martabat manusia ini, yaitu bahwa manusia adalah citra Allah. Dokumen-dokumen sosial dari para paus berangkat dari prinsip ini. Begitu pula, respon Gereja terhadap persoalan-persoalan ketidakadilan dan masalah-masalah di tengah masyarakat didasari oleh keyakinan akan pribadi manusia sebagai cerminan Allah sendiri. Manusia adalah citra Allah, karena itu memiliki hak dan martabat sederajat serta harus menjadi tujuan dari setiap kebijakan dan program pembangunan. Referensi “Gaudium et Spes Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern” dalam Dokpen KWI. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta Obor 1993. Paulus II, Yohanes 1991. Centesimus Annus. Pontifical Council for Justice and Peace 2004. Compendium of the Social Doctrine of the Church. _______ 2001. The Social Agenda a Collection of Magisterial Texts.
Teks-- 1 Korintus 12:12 (TB) Konteks. Banyak anggota, tetapi satu tubuh. 12:12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Paralel Ref. Silang (TSK) Ref. Silang (FULL) ITL.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 5 merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu diitnahkan segala yang jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”. c. PendalamanDiskusi Setelah menyimak teks Kitab Suci Matius 51-12, cobalah kamu rumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan tentang hidup manusia yang bermakna menurut teks ayat-ayat Kitab Suci tersebut. 3. Menghayati Hidup sebagai anugerah Tuhan. Untuk menghayati hidup sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi setiap insan manusia, maka buatlah releksi pribadi dan rencanakan suatu aksi. a. Releksi Tulislah sebuah releksi tentang makna hidupmu sebagai sesuatu yang berharga dari Tuhan. Apa saja yang perlu kamu lakukan sebagai pelajar untuk mengisi hidupmu secara berkualitas. b. Aksi 1 Tulislah sebuah rencana aksi untuk menghargai hidupmu sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermutu, seperti rajin belajar, disiplin terhadap peraturan di sekolah dan di rumah serta di masyarakat. Sumber http ... Diakses pada tgl. 26 Mei 2014 Gambar Yesus mengajar. 6 Kelas XII SMASMK Semester 1 2 Hasil releksimu dapat dipajangkan di Mading kelas. Doa Penutup Terima kasih ya Bapa, Putra dan Roh Kudus atas rahmat penyertaan-Mu bagi kami selama kegiatan pembelajaran ini, sehingga dapat memahami bahwa hidup itu sebuah panggilan yang sangat berharga yang perlu kami perjuangkan selama hidup di dunia ini. Semoga kami senantiasa memuliakan Engkau sepanjang segala masa. Amin. B. Panggilan Hidup Berkeluarga Gereja Katolik secara tegas mengajarkan bahwa perkawinan Katolik adalah Sakramen, karena itu setiap pasang suami istri harus menjaga kesucian perkawinan. Karena itu sifat perkawinan Katolik adalah monogami dan tidak terceraikan, kecuali hanya oleh maut; “karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia” Mat 196. Sakramen Perkawinan sebagai akar pembentukan keluarga Katolik hendaknya dijaga kesuciannya, karena keluarga merupakan Gereja kecilmini atau ecclesia domestica. Artinya antara lain bahwa keluarga-keluarga Kristiani merupakan pusat iman yang hidup, tempat pertama iman akan Kristus diwartakan dan sekolah pertama tentang doa, kebajikan-kebajikan dan cinta kasih Kristen bdk. KGK 1656 1666. Doa Pembuka Allah Bapa yang penuh kasih, Puji dan syukur kami haturkan kehadirat-Mu atas anugerah kehidupan yang Engkau berikan kepada kami. Bimbinglah kami dalam kegiatan pembelajaran ini agar kami sungguh memahami makna hidup kami di dunia, dan menghayati panggilan hidup berkeluarga, serta menghargai orangtua kami yang telah membangun keluarga di mana kami menjadi bagian dari keluarga ini. Doa ini kami sempurnakan dengan doa yang diajarkan Yesus Putra-Mu... Bapa Kami..
Adabeberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas.
Ilustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto Tama66 by mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam gereja diatur dalam ajaran sosial agama Kristen, gereja adalah keluarga satu Bapa, dengan anggota-anggota yang dipelihara oleh Bapa, dikuatkan oleh Yesus, Puteranya dan disemangati oleh cinta kasih Roh Kudus. Gereja ditujukan untuk terang bagi masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Katolik Dewasa dalam Komunikasi Iman yang ditulis oleh Stanis Suliangto & A. Sugeng Agus Priyono, gereja sebagai umat Allah adalah gereja yang sungguh berurat dan berakar pada masyarakat setempat bagi segi pembentukan, maupun jenis dan tujuan kegiatannya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ajaran sosial gereja?Mengenal Ajaran Sosial di GerejaIlustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto janggagye by sosial gereja-gereja Protestan dan Katolik mencoba untuk menafsir dimensi sosial pemuridan Kristen dalam konteks dunia kontemporer. Masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragam dan sangat bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang ajaran sosial gereja dapat diartikan sebagai tanggapan gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik, atau dukungan. Ajaran sosial di gereja bersifat lunak, apabila dibandingkan dengan ajaran gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial di gereja merupakan bentuk keprihatinan gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu dari penekanan ajaran sosial di gereja lebih kepada totalitas permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, terlibat aktif, dan terjun langsung pada situasi sosial masyarakat. Tidak hanya sekedar membantu orang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, memberikan dana, memberi sedekah, tetapi juga mencari akar permasalahan/sebab-akibat dan mencari umat Kristen yang taat, kita harus mampu memahami dan menerapkan ajaran sosial gereja dengan terlibat aktif dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial gereja, serta memiliki sikap peduli terhadap lingkungan masyarakat secara luas. Semoga kasih Kristus selalu menyertaimu, Amin! CHL
SoalUAS Kelas 4 Tema-6 PAT UKK dengan Kunci Jawabannya. 1. Manfaat keberagaman di lingkungan sekolah adalah. a. Mandiri dan tanggung jawab. c. Belajar bersosialisasi dan mudah memahami perbedaan. b. Memperluas lingkungan sosialisasi. d.
views Peranan Gereja dalam Kemajemukan Agama Oleh Hendrik Nyoman Wahini Sekolah Tinggi Immanuel Nusantara Pendahuluan Dalam lingkup kehidupan warga Negara, adanya kemajemukan agama adalah hal yang sangat sulit untuk di hadapi dalam suatu Negara. Contoh konkret adalah Negara Indonesia. Indonesia memiliki 5 kepercayaan agama; yaitu agama Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu cu, dan Muslim. Dari ke-5 kepercayaan tersebut, Pentingnya Peranan Gereja Terhadap Kemajemukan Agama di Indonesia sangat dibutuhkan untuk pekabaran Injil karena sudah seharusnya gereja mengemban misi Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia sesuai dengan Injil Matius 2819-20. Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dari Pernyataan Yesus Kristus inilah gereja di Indonesia harus berani bersaksi kepada non Kristen supaya banyak orang diselamatkan. Hubungan Gereja dan masyarakat Indonesia Indonesia bukanlah Negara teokrasi, bukan Negara agama atau yang berdasarkan pada suatu agama tertentu. Melainkan Negara kesatuan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional secara tegas menyatakan bahwa Negara menjamin kebebasan setiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sehingga dapat menghasilkan Negara yang berdaulat, makmur, dan sentosa. Dari jumlah penduduk yang sedemikian besar dengan berbagai agama dan aliran kepercayaannya adalah realitas yang sekaligus tantangan yang harus di perhitungkan oleh gereja dalam menempatkan diri dan menjalankan misinya di Indonesia.[1] 2. Realitas Yang Dihadapi Gereja Di Tengah-tengah Keberagaman Agama Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 memberikan rumusan yang sangat jelas sekali dalam hubungannya dengan keberagamaan di Indonesia Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya itu. Rumusan Pasal 29 ayat 1, 2 Yang sangat singkat dan padat ini memang mengasumsikan adanya jaminan serta kebebasan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadatnya dengan berbagai fasilitas yang di butuhkan untuk mendukung peribadahan itu namun tidak secara eksplisit mengungkapkan adanya kebebasan untuk berganti/bertukar/pindah agama. Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan saling menghargai, menghormati dan semangat bekerjasama antar anggota masyarakat. Akan tetapi realitas yang terjadi khususnya di daerah Poso, perang antar agama Islam vs Kristen masih terlihat di beberapa desa, hal ini mengakibatkan banyaknya pertumpahan darah. Dan sampai saat ini pemerintah setempat masih berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Penyebab Terjadinya Konflik Antar Agama Di Indonesia Menurut Drs. Hendropuspito seorang tokoh Filsafat mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Hendropuspito, menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam – Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat subyektif nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi revealed religion, yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Karena hal itulah yang mempengaruhi faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik sering terjadi, yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik. Perbedaan Tingkat Kebudayaan Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia. Penutup Agama Kristen di Indonesia adalah agama yang minoritas, dan sebagai agama yang minoritas Gereja harus memahami bahwa eksistensinya hidup berdampingan di tengah-tengah kemajemukan agama. Gereja harus memberikan dasar-dasar teologis-dogmatis dan sikapnya terhadap agama lainnya. Sedangkan disisi lain gereja harus memahami dan mengerti tentang keberadaan, dasar-dasar kehidupan agama lain, dan sedapat mungkin mengenal ajaran agama lain. Atas dasar itulah gereja dan orang kristen dapat mengambil sikap praktis, bagaimana hidup bersekutu, melayani dan bersaksi di tengah-tengah kemajemukan agama dan penganut agama lain. Dalam pemahaman inilah gereja melakukan tugas dan panggilannya sebagai garam dan terang dunia. Dalam hal ini gereja senantiasa memberikan pemahaman terhadap umatnya. Dan sebagai warga gereja, adalah suatu keharusan untuk menghargai, menghormati, dan berusaha menjadi berkat bagi agama lain. Referensi Alkitab. 2014. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia Dewi S. 2000. Hubungan Gereja dan negara. Jakarta BPK Gunung Mulia. Soetarman, SP. 1993. Fundamentalisme agama-agama dan teknologi. Jakarta BPK Gunung Mulia. Wlliam, C. 2002. Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia. Yogyakarta Pustaka Pelajar. [1] Dewi SRI, Hubungan Gereja Dan Negara, Antalya Rileni Sudeco, Medan2000, Hal 165-166
KOMITMENTERTINGGI ORANG KRISTEN. Pengertian Kristen disini adalah : (1) Orang yang sudah bertobat dari dosa-dosanya dan dengan iman yang ada dalam dirinya menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhannya (Yohanes 1:11-13; 3:3-5); (2) Orang yang mendengar dan percaya kepada Injil, dibaptis dan oleh karenanya sudah diselamatkan (Markus 16:15-16).
Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah Indikator • Menjelaskan keberagaman, kemajemukan bangsa manusia di Indonesia berdasarkan semboyan negara Bhineka Tunggal Ika • Menjelaskan peluang-peluang dan tantangan atas realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. • Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang keberagaman bangsa manusia menurut Kej 351-15 dan Yoh 41- 42 • Menganalisis ajaran Gereja tentang keberagaman bangsa manusia berdasarkan Nostra Aetate art..5 dan Gaudim et Spes Bahan Kajian 1. Keberagaman/Kemajemukan bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika 2. Peluang-peluang dan tantangan atas realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. 3. Keberagaman umat manusia dalam ajaran Kitab Suci Kej 351-15; Yoh 4 1-42. 4. Suku-suku dan agama-agama yang ada di Indonesia. 5. Upaya-upaya membangun semangat kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk. Sumber Belajar 1. Konferensi Waligereja Indonesia KWI. 1996. Iman Katolik. Kanisius Yogyakarta. 2. A. Heuken SJ. 1991. Ensiklopedi Gereja. Cipta Loka Caraka Jakarta. 3. Alex Lanur. 1995. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka. Kanisius Yogyakarta. 4. Dr. P. Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Kanisius Yogyakarta, 1994. 5. Kitab Suci Alkitab. Pendekatan Saintiik dan kateketis Metode Cerita, pengamatan, tanya jawab, diskusi, dan penugasan Sarana 1. Peta penduduk Indonesia. 2. Burung Garuda Pancasila Lambang Negara. 3. Kitab Suci Alkitab. 4. Buku Siswa kelas XII Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3 x 45 menit. Pemikiran Dasar Dalam Kamus Besar Bahasa Iindonesia KBBI, Keragaman berasal dari kata ragam, yang berarti 1 sikap, tingkah laku, cara; 2 macam, jenis; 3 musik, lagu, langgam; 4 warna, corak ; 5 laras tata bahasa, keragaman menunjukan adanya banyak macam. Sedangkan keragaman sendiri berarti perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam atau suatu keadaan yang beberagam-ragam-beragam-ragam. Keberagam-ragaman secara umum adalah suatu kondisi dimana terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi. Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat yaitu, antara lain; suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan tatakrama, kesenjangan ekonomi dan sosial. Suku bangsa dan ras yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangatlah beragam. Dari keragaman tersebut ada perbedaan ras dari ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya. Suku bangsa yang ada di Indoseia lebih dari 300 macam. Sedangkan ras yang ada di Indonesia antara lain ras mongoloid yang terdapat di bagian Barat Indonesia dan ras austroloid yang terdapat di sebelah Ttimur Indonesia. Tentu saja bahwa manusia tidak bisa memilih agar dilahirkan di suku atau bangsa tertentu. Karena itu, manusia tidak pantas membanggakan dirinya atau melecehkan orang lain karena faktor suku atau bangsa. Agama dan keyakinan mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi trasendensi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun juga kekuatan gaib itu berdiam di dalam diri manusia imanen, yang hanya bisa dirasakan kekuatannya. Dalam kenyataannya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah berfungsi edukatif ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang, berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai sosial control, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi transformatif, dan sebagainya. Di Indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan terdapat enam agama yang diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketakwaannya. Ideologi dan politik Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya ideologi. Tatakrama; yang berarti adat istiadat, sopan santun, pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tatakrama di bentuk dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri dan diharapkan akan terjadi interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat itu sendiri. Kesenjangan ekonomi dan sosial;Indonesia merupakan negara berkembang dimana masalah perekonomian diperhatikan agar dapat meningkat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, golongan dan strata sosial. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang berdasarkan status sosial Indonesia adalah negara dengan struktur masyarakat yang majemuk dan memiliki banyak keragaman dalam banyak hal. Keragaman tersebut dapat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak pengaruh yang timbul karena adanya keragaman, diantaranya adalah 1 Didalam kelompok-kelompok sering kali terjadi segmentasi karena memiliki kebudayaan yang berbeda. 2 Struktur sosial terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter. 3 Kurang adanya pengembangan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. 4 Secara relatif sering kali terjadi konlik diantara kelompok yang satu dengan diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi. 6 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Selain pengaruh diatas, jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti 1 Terjadinya disharmonisasi, dimana tidak ada penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. 2 Terjadi diskriminatif terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3 Terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain, menganggap kelompok lain derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu 1 Semangat Religius; 2 Semangat Nasionalisme; 3 Semangat Pluralisme; 4 Semangat Humanisme; 5 Dialog antar umat beragama; 6 Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasinya. Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi isik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sangat jelas sekali bahwa setiap orang mendapat perlindungan saat dia mendapat perlakuan diskriminasi. Meskipun begitu diskriminasi masih terjadi diberbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum 12. Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Namun, ketika mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tak berdaya dan tiap kali secara gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Kitab Suci menceritakan bahwa ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. bdk. Yos 6 1-15, 63. Ketika mereka sudah menempati Tanah Terjanji yang dibagi menurut suku-suku keturunan Yakob, maka mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat itu, mereka menjadi lemah dan gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan menjadi lemah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikisahkan bahwa ketika saat Mesias datang, umat Israel telah dijajah oleh bangsa Romawi. Akibatnya mereka menjadi bangsa yang lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya bdk. Mat 23 37-38. Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di sumur Yakob. Pada pelajaran ini, peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati makna dan hakekat keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya dalam keberagaman atau kemajemukan hidup bangsa Indonesia sesuai semangat injili yaitu semangat Yesus sendiri. Kegiatan Pembelajaran Guru mengajak didik untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan doa Doa Pembuka Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan menghantar ke tanah terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami. Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam lautan dengan ribuan pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami. Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. Langkah Pertama Mengamati Keanekaragaman dan
Gerejatidak didirikan u/ dirinya sendiri, tpi u/ melaksanakan rencana ilahi yg mengatasi batas 2 realitas & kegiatan Gereja itu sendiri, y/ Rencana Kerajaan Allah, (sering dsb pembangunan Tubuh Kristus, Keselamatan, Pembebasan putera2 Allah, Kesatuan umat manusia, Damai Mesias, dll) Rencana Besar Allah yg terlaksana dlm sejarah oleh Kristus
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PENGANTAR “Satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Perintah pertama menuntut kita untuk percaya pada Tuhan, untuk menyembah dan melayani Dia, sebagai tugas pertama dari kebajikan agama.” Dari definisi ini, maka kita melihat bahwa agama mengajarkan satu perangkat kepercayaan atau iman dan bagaimana mewujudkan iman atau kepercayaan ini, baik dengan doa, ritual atau berbagai macam cara yang mengatur bagaimana untuk menyembah Tuhan yang dipercayai, maupun dengan satu pengajaran moral yang mengatur bagaimana untuk hidup dengan baik sesuai dengan apa yang dipercayai. Di sisi lain, ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah “free thinker“. Namun, kalau kita meneliti, sungguh sulit menjadi free thinker yang sesungguhnya, karena seseorang dalam satu tatanan sosial mempunyai satu aturan atau kebiasaan yang harus diikuti oleh orang yang tergabung dalam masyarakat tersebut. Orang yang tidak mempunyai agama juga dapat didorong oleh alasan karena tidak mau terikat oleh satu tatanan – baik iman maupun moral – dari satu agama. Orang seperti ini adalah orang yang mengedepankan pemikiran sendiri, atau dengan kata lain, agamanya adalah apa yang dia pandang baik menurut dirinya sendiri. Namun, dalam sejarah umat manusia, telah dibuktikan bahwa ada banyak orang yang salah dengan pemikirannya, juga termasuk kaum cerdik pandai. Jadi, orang dalam kategori ini mempunyai resiko untuk mempercayai apa yang salah. Konsep Toleransi dan Perdamaian Dalam Ajaran Gereja Katolik Di jaman kuno di Roma, Cicero sudah berbicara mengenai toleransi, ketika ia. menulis bahwa "agama. kita berlaku untuk kita, sedangkan kalau ada orang yang mau beragarna lain, kita memberi toleransi untuk itu" Pro Flacco 28. Pada tahun 313 dalam Kerajaan Romawi, secara politis diterbitkan 'Keputusan toleransi di Milano' untuk membiarkan orang kristiani hidup di antara orang dengan agama romawi. Sejak abad ke-16 ada konsesi-konsesi dalam kekaisaran Romawi dan Jerman menyebabkan penyimpangan kultur atau politis dibiarkan. Misalnya, agama yang tidak sama dengan pimpinan negara. Sejak tahun 1689 di Inggris ada UU toleransi yang memberi tempat kepada 'anggota masyarakat yang berbeda pendapat dengan kebanyakan warga masyarakat'. Pada 13 Oktober 1781 Kaisar Joseph Austria yang mayoritas penduduknya katolik mentoleransi orang yang beragama kalvinis, lutheran dan ortodoks untuk memiliki tanah serta, melaksanakan ibadat. Di negara itu pada 1782 diumumkan toleransi terhadap orang Yahudi yang nantinya dibatalkan Hitler. Begitulah kita sudah melihat beberapa konteks pemberian toleransi. Tampak sekali bahwa toleransi mencakup spektrum pemahaman yang luas. Tidak hanya bidang politik, tetapi juga bidang sosial, ekonomi, teologi, bahkan juga medis dan teknis. Oleh sebab itu, diperlukan sikap hati-hati untuk memahami arti toleran. Dari lain sudut, spektrum pemahaman itu juga boleh meneguhkan bahwa toleransi itu sesuatu yang umum adanya dalam aneka bidang kehidupan manusia, walau sekarang sering toleransi hanya dipikirkan ada dalam dunia politik dan pergaulan kemasyarakatan luas. Toleransi secara etimologis memang berasal dari kata tolerare yang berarti 'menanggung' atau 'membiarkan'. Toleransi dapat mempunyai warna etis-sosial, religius, politis dan yuridis serta filosofis maupun teologis. Secara kasar toleransi menunjuk pada sikap membiarkan perbedaan pendapat dan perbedaan melaksanakan pendapat untuk beberapa lapisan hidup dalam satu komunitas. Pada umumnya arah pemahaman toleransi mencakup pendirian mengenai membiarkan berlakunya keyakinan atau norma atau nilai sampai ke sistem nilai pada level religius, sosial, etika politis, filosofis maupun tindakan-tindakan yang selaras dengan keyakinan tersebut di tengah mayoritas yang memiliki keyakinan lain dalam suatu masyarakat atau komunitas. Sejak jaman reformasi, hal itu berarti memberi kebebasan beragama dan melaksanakan suara hati serta kebebasan budaya kepada minoritas. Dalam dunia modern toleransi menyangkut hak azasi manusia. Dapat dibedakan toleransi formal dalam hukum resmi dan toleransi isi dalam hidup harian menghargai keyakinan minoritas. Dalam jaman pencerahan toleransi dituntut untuk memungkinkan orang melaksanakan kebebasan berpikir dan berdemokrasi. Hal itu jaman sekarang diandaikan untuk memberi ruang pada perbedaan pendapat dan tawaran kebenaran serta kampanye norma yang 'fair' dalam 'pasar pendapat dunia modern. Ide dasarnya adalah bahwa tak ada manusia yang bisa memiliki kebenaran utuh maupun cara menemukan kebenaran secara sempurna. Sebab pencarian kebenaran diakui sebagai proses majemuk yang menyejarah, tidak sekali jadi. Selain itu toleransi diperlukan agar suara hati masing-masing orang dapat berfungsi secara wajar dan saling dihargai. Dalam masyarakat tertutup pun sesungguhnya toleransi diperlukan agar berlakunya norma umum bukan keinginan seorang pemuka masyarakat terjamin, seraya memungkinkan agar pendapat mayoritas berkembang demi keseimbangan masyarakat; di lain pihak diharapkan pula bahwa orang yang berbeda pendapat tidak ditindas dan didiskriminasikan. Dengan mekanisme tersebut toleransi menjarnin terjadinya saling komunikasi dan dapat diatasinya konflik batin maupun konflik sosial secara damai. Begitulah kemanusiaan dapat berkembang baik dalam komunitas yang sehat. Tiadanya toleransi menyebabkan 'yang kuat' menang habis-habisan, sementara yang kalah hancur tanpa bekas. Dengan cara itu masyarakat rugi, karena benih-benih pendapat yang baru tumbuh dan belum kuat dapat hancur sebelum memperoleh kesempatan untuk dilaksanakan dan diuji oleh praksis. Dalam masyarakat demokratis, toleransi mutlak diperlukan bagi perkembangan berpikir secara kreatif dan aktif serta justru untuk memperkembangkan segala potensi masyarakat. Pada umumnya manusia hidup dengan banyak toleransi dalam keluarga, dalam kampung, dalam organisasi, dalam paguyuban beriman, dalam perusahaan, dalam pernerintahan. Dalam komunitas politik, dalam bidang-bidang nilai, toleransi secara mutlak diperlukan demi demokrasi. Namun toleransi memang membutuhkan batas. Batasnya adalah bahwa pelaksanaan toleransi tidak 'mengganggu ketertiban umum'. Namun perlu juga disadari bahwa batas itu tidak jelas. Motivasi toleransi dalam komunitas politik adalah kesetaraan semua warga. Pluralisme menjadi landasan mutlak. Demi kedamaian yang sejajar. Maka toleransi diterima bukanlah karena indifferentnya negara terhadap perbedaan pendapat, namun bahwa negara berdiri di atas semua pendapat fragmentaris. Jadi dasarnya penghargaan terhadap hak azasi manusia dan pengharagaan pada hidup bersama yang damai. Jadi penilaian tinggi terhadap kebebasan dan kebenaran majemuk. Diharapkan bahwa toleransi meninggikan kemungkinan tercapainya kebenaran dan kesejahteraan yang lebih tinggi bagi lebih banyak anggota masyarakat. Menciptakan kehidupan beragama yang baik bukanlah berdasarkan toleransi yang semu, yang mempunyai tendensi untuk mengatakan bahwa semua agama sama saja. Gereja Katolik tetap menghormati agama-agama yang lain, mengakui adanya unsur-unsur kebenaran di dalam agama-agama yang lain, namun tanpa perlu mengaburkan apa yang dipercayainya, yaitu sebagai Tubuh Mistik Kristus, di mana Kristus sendiri adalah Kepala-Nya. Oleh karena itu, Gereja Katolik tetap melakukan evangelisasi, baik dengan pengajaran maupun karya-karya kasih. Dengan kata lain, Gereja terus mewartakan Kristus dengan kata-kata dan juga dengan perbuatan kasih. Konsili Vatikan II dalam Nostra Aetate mengatakan demikian “Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” Yoh 146; dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.[4] Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” Toleransi menjadi bermasalah ketika salah satu pihak merasa dalam posisi mutlak benar, khususnya karena ketentuan ilahi. Repotnya adalah bahwa toleransi diperlukan pada saat orang harus mewujudkan suatu yang tampaknya mutlak namun harus ditampakkan dalam kondisi terbatas. Kondisi terbatas itu dapat secara. mendasar berbatas atau secara insidental berbatas, misalnya tergantung situasi politik, sosial, ekonomis, budaya, psikhis atau biologis. Pada lapisan teologis, ada dilema di satu pihak ada tuntutan mencintai sesama secara. penuh dan mengasihi Allah tanpa batas, di lain pihak realitas manusia yang terbatas. Surat Paulus kepada umat di Roma bab 14 dan I Kor 8 menunjukkan bahwa Gereja Perdana mengakui kemungkinan toleransi pada orang-orang yang 'lemah' sehingga mempunyai pendapat atau praktik hidup yang tidak sama dengan 'yang umum'. Cinta pada Tuhan tanpa batas dan cinta sesama meminta toleransi sampai batin. Meskipun begitu orang tetap mempunyai pegangan kebenaran Ef 4 15. Pada jaman Agustinus ada pergeseran walau Agustinus sendiri mengatakan "orang tidak dipaksa beriman bila tidak mau sendiri" . Ketika orang mempunyai ajaran Gereja yang tegas, sehingga penyimpangan ajaran atau praktis jadi tampak dan tidak mudah ditolerir. Thomas Aquinas apakah ritus kafir ditolerir? mendekati hal itu. Thomas menyentuh soalnya dari sudut lain dengan mengatakan "menerima iman itu bebas, namun melaksanakan apa yang sudah dipilih itu wajib". Banyak kaisar kristiani menuntut agama sama; yang lain dilarang. Namun abad Pertengahan, bahkan ada toleransi terhadap orang Yahudi dan kafir, minimal secara teoritis. Datangnya intoleransi itu dari ketegasan ajaran dan ketertutupan, hidup monastik yang menjadi patokan hidup kristiani yang baik. Di dalamnya termasuk ide kekuasaan ilahi dan duniawi yang bersatu, dengan dasar ajaran yang sama. Orang waktu itu mentolerir orang beragama lain namun tidak mentolerir orang murtad. Dengan perpecahan Gereja toleransi jadi aktual kembali. Lama-lama orang agak acuh tak acuh dengan. iman dan sekularisme menguat sehingga toleransi jadi biasa. Indifferentisme sering mempengaruhi juga. 1689 di Inggris keluar 'Act of Tolerance' untuk orang beriman beraneka. Merabeau menegaskan kebebasan tanpa batas untuk beragama. Leo XIII mengungkapkannya dalam Ensiklik 'Immortale Dei' 1885 bahwa "orang tak mempunyai dasar untuk menentang toleransi atau secara. serampangan mendukung toleransi yang adil Surat Pius XII 17- 2 - 1950 menyebut mengenai kebebasan berpikir dalam Gereja Katolik. Di dalamnya termasuk termuat masalah kebebasan suara hati. Orang tak boleh dipaksa melawan suara hati. Sesungguhnya iman akan penciptaan sendiri sudah membawa konsekuensi dilematis, sebab Allah yang mahakuasa membuat ciptaan yang mengambil bagian dalam hidup, kreativitas dan hidup kekalnya Yang Ilahi. Dengan demikian kepada manusia diberikan kesempatan untuk memilih akan berbuat baik dan memihak Allah, ataukah berbuat jahat dan menolak Allah. Dengan demikian, kemungkinan bahwa melakukan dosa dan kejahatan jadi "menolak Allah" itu memang ditolerir Allah yang mahabaik, atas dasar cintanya kepada kebebasan manusia. Sebab hanya dengan kebebasan itulah manusia pantas menjadi ciptaan Allah. Bahwa terbuka kernungkinan manusia memilih menolak Tuhan, itu risiko yang diambil Tuhan dengan menciptakan manusia berbudi. Allah masih meneruskan cinta-Nya. Ia mengirim Anak-Nya jadi manusia Fil 2 1-11. Dengan begitu sekali lagi terjadi toleransi dari yang Mahabesar pada yang berbatas. Sebab penjelmaan memaksa Putra untuk hidup dalam keterbatasan biologis, historis, budaya, psikologis dan spiritual. Namun sebaliknya juga harus dikatakan bahwa justru dengan cara itulah manusia ditebus. Dengan kata lain, penebusan terjadi lewat kesediaan Allah memberi toleransi kepada manusia untuk memilih berbuat kejahatan dan kedosaan daripada selalu berbuat baik. Injil Luk 16 1-8, maka beranilah kita berkata bahwa adalah sesuatu yang tidak tahu diri kalau manusia tidak mau memberi toleransi kepada manusia lain; juga orang lain yang lebih kecil atau lebih lemah. Sebab Allah begitu rela berbesar hati terhadap manusia yang penuh kesalahan dan dosa. Dengan kata lain, kalau manusia mau memberi toleransi kepada orang atau kelompok lain hanya masalah realisasi bahwa manusia mengakui dirinya sudah diberi toleransi oleh Tuhan. Dengan latar belakang itu, toleransi bukanlah jasa manusia melainkan kewajiban manusia. Dalam konteks itu dapatlah kita lebih memahami Konsili Vatikan II yang mendukung kebebasan beragama dan suara hati. Sebab "Dignitatis Humanae" menunjukkan kebesaran hati mentoleransi pendapat dan keyakinan lain bahwa tugas-tugas itu menyangkut serta mengikat suara hati, dan bahwa kebenaran itu sendiri, yang merasuki akal budi secara halus dan kuat. Adapun kebebasan beragama, yang termasuk hak manusia dalam menunaikan tugas berbakti kepada Allah, menyangkut kekebalan terhadap paksaan dalam masyarakat. Kebebasan itu sama sekali tidak mengurangi ajaran katolik tradisional tentang kewajiban moral manusia dan masyarakat terhadap agama yang benar dan satu-satunya Gereja Kristus. Selain itu dalam menguraikan kebebasan beragama Konsili suci bermaksud mengembangkan ajaran para paus akhir-akhir ini tentang hak-hak pribadi manusia yang tidak dapat di ganggu-gugat, pun juga tentang penataan yuridis masyarakat. . Maka juga toleransi. Paus Yohannes XXIII dalam Pacem in Terris no. 14 menunjukkan sikap positif juga terhadap toleransi. Toleransi didukung oleh pendirian bahwa pada kodratnya semua manusia itu sama. Deklarasi Hak-hak Azasi Manusia mengungkapkan seluruh sikap itu dalam rangakaian satu sama lain, yang secara berangsur-angsur dilengkapi bahwa dari alasan kodratinya semua manusia hanya mempunyai pilihan untuk mentoleransi pendirian dan praktik hidup, satu sama lain. Sebab setiap manusia, dari kodratnya sendiri, memang setara. Maka tidak ada alasan bahwa orang satu tidak mentoleransi orang lain. Kontipendium Ajaran Sosial Gereja juga melarang kekerasan atas nama agama dengan menyatakan Tindak kekerasan tidak pernah menjadi tanggapan yang benar. Dengan keyakinan akan imannya di dalam Kristus dan dengan kesadaran akan misinya, Gereja mewartakan “bahwa tindak kekerasan adalah kejahatan, bahwa tindak kekerasan tidak dapat diterima sebagai suatu jalan keluar atas masalah, bahwa tindak kekerasan tidak layak bagi manusia. Tindak kekerasan adalah sebuah dusta, karena ia bertentangan dengan kebenaran iman kita, kebenaran tentang kemanusiaan kita. Tindak kekerasan justru merusakkan apa yang diklaim dibelanya martabat, kehidupan, kebebasan manusia. Kalau kita mau sempurna, tentu tidak puas dengan hanya bersikap toleran. Kalau kita mau realistis, mungkin malah harus belajar toleran. Sebab, jangankan mau sempurna mencintai sesama seperti diri sendiri, toleran pada sesama pun kita belum tentu dapat. Gereja Katolik Menanggapi Stigma Kristenisasi? Dalam tulisannya berjudul “Gereja dan Reformasi” Yewangoe menyatakan bahwa kaum Nasrani masih banyak yang menanggung beban sejarah masa lampau, yakni stigma bahwa kekristenan adalah agama asing, hanya karena kedatangan para misionaris dari barat itu bersamaan dengan datangnya kolonialisme dan imperialisme barat. Bisa dibuktikan bahwa walaupun kedatangan para misionaris bersamaan dengan tibanya para penjajah, mereka misionaris mempunyai penampilan yang lain sama sekali. Malah bisa ditunjukkan bahwa pekerjaan para misionaris justru dihalang-halangi oleh pemerintah kolonial itu. Jadi harus diteriakkan sekuat-kuatnya bahwa kekristenan adalah agama yang sah di republik ini, seperti halnya juga agama-agama yang lain. Nah yang menjadi akar permasalahannya ketika kepentingan berbagai agama bertemu dalam lapisan masyarakat distorsi bisa saja acap kali terjadi. Pembenaran-pembenaran atas nama agama dan menggunakan dalil tersebut untuk bisa melakukan kekerasan atas nama agama. Masing-masing pihak tetap berpegang teguh pada konsepsi teologisnya masing-masing beserta aplikasinya dilapangan serta menolak tanpa bersikap munafik terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang disahkan di Indonesia; Masing-masing pihak menjadi sekular dan liberal dengan meninggalkan konsepsi teologisnya masing-masing. Agama dianggap sebagi sumber konflik; Masing-masing pihak bersepakat untuk mencari titik temu dibidang sosial kemasyarakatan dan kenegaraan tanpa mengutak-atik konsep teologis yang dianggap baku. Apa pun kenyataan yang ada, komunikasi perlu terus dijalin melalui berbagi forum komunikasi antar umat beragama. Bangsa Indonesia membutuhkan munculnya kepemimpinan yang baik, pemimpin yang memberikan teladan hidup dan sanggup mengayomi serta memberikan jalan keluar dari krisis yang dihadapi bangsa; pemimpin yang kuat yang dihormati dan disegani; pemimpin yang cerdas, jujur, amanah, dan dapat berkomunikasi dengan baik; pemimpin yang mampu mengatur dan mampu menyelesaikan berbagai konflik yang ada di tengah masyarakat; pemimpin yang mampu menjadi perekat antar komponen bangsa yang mungkin bertentangan satu dengan lainnya. Dalam konsep pemikiran saya sebagai salah satu anggota gereja. Yesus Kristus yang saya imani di dorong oleh cinta kasih memberi dan menawarkan keselamatan dan tidak pernah memaksa. Tugas gereja adalah mengabarkan keselamatan bukan mengkristenkan orang. Dan orang-orang beragama pun harus bersaksi dalam hidupnya melalui kata-kata dan perbuatan dan keteladanan. Dan biarlah orang-orang yang melihat mempertimbangkan dan mengambil keputusan atas apa yang didengar dan disaksikannya. Sebenarnya salah satu yang membuat masalah semakin besar antara Kristen dan agama yang lain adalah kita semua terlalu arogan dengan pemahaman agama yang kita miliki, seolah-olah kita sudah memahami semua maksud dan kehendak Tuhan, tidak takut-takut kita mau saling mencemooh, merendahkan kitab suci dan isi ajarannya, tanpa memahami betul ajaran tersebut. Kita terlalu suka menggeneralisasi akan suatu hal. Seperti halnya berbagai kasus yang diangkat dalam berbagai berita yang provokatif banyak hal yang terlalu digeneralisir mengenai sikap-sikap dan tindakan kekristenan yang dikutip dari sebagian topik lalu mengangkatnya menjadi penyebab utama. Jadi, kehidupan beragama yang baik, hanya dapat terlaksana jika terjadi suasana dan lingkungan yang memberikan kebebasan beragama dan setiap umat dapat melaksanakan agama masing-masing dengan bijaksana. Pada saat yang bersamaan, maka umat Katolik juga harus tetap berakar pada doktrin yang kuat, serta bijaksana dalam proses evangelisasi. Evangelisasi yang paling efektif adalah dengan memberikan kesaksian akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perjuangan untuk hidup kudus. Lihat Filsafat Selengkapnya
. v9gqsrgqkw.pages.dev/158v9gqsrgqkw.pages.dev/526v9gqsrgqkw.pages.dev/727v9gqsrgqkw.pages.dev/46v9gqsrgqkw.pages.dev/717v9gqsrgqkw.pages.dev/987v9gqsrgqkw.pages.dev/39v9gqsrgqkw.pages.dev/852v9gqsrgqkw.pages.dev/597v9gqsrgqkw.pages.dev/896v9gqsrgqkw.pages.dev/378v9gqsrgqkw.pages.dev/473v9gqsrgqkw.pages.dev/621v9gqsrgqkw.pages.dev/353v9gqsrgqkw.pages.dev/145
jelaskan ajaran gereja tentang keberagaman manusia